jangan lupa

JANGAN LUPA KOMENTAR YA..

Kamis, 10 Maret 2016

Pain is Love, Love is Pain



Pain is Love, Love is Pain

Author: Kim Daisy
Cast: Jiyong (GD) dan Chaerin (CL)
Genre: Angst
Cuap-Cuap author: ini Stand Love dari mini series TELL ME tapi, dari sudut pandang Jiyong. Kim ragu untuk posting karena Kim rasa TELL ME lebih keren.:)

TELL ME: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.163058360543077.1073741828.163049320543981&type=3

---HAPPY READING----

Namaku Kwon Jiyong. Aku sudah di terima menjadi desainer disebuah perusahaan pakaian terkemuka di ibu kota. Aku suka dengan pekerjaanku tapi, aku lebih menyukai yeoja yang selama bertahun-tahun menjadi wallpaper diponselku. Foto itu hasil curian saat dia bersama adikku.
"ada apa pak Seung Hyun?" tanya yeoja yang duduk dimeja kerjanya.
"aku sudah bilang padamu untuk tidak memanggilku pak. ini karyawan baru. aku mengharapkan kalian bisa jadi rekan kerja yang baik."kata Seung Hyun.
"kenalin ini Chaerin, Chaerin ini Jiyong. Jiyong kamu duduk disini." lanjut Seung Hyun dan langsung meninggalkan kami. Aku menatapnya tak percaya. Aku mengenal yeoja ini, yeoja ini lah yang menghiasi ponselku dengan foto-fotonya. Aku sangat tak menyangka bisa bertemu denganya. Dia tersenyum senang.
"kenapa tersenyum seperti itu? apakah kamu jatuh cinta pada pandangan pertama padaku?" tanyaku.
"mwo? maaf, aku bukan orang yang mudah jatuh cinta"jawabnya sambil memulai kembali kerjaannya. Dia benar-benar melupakanku atau dia tak mengenaliku?


Aku penasaran apa dia sengaja pura-pura tak mengenalku atau memang tak mengingatku.
"huft, kenapa kamu mengikutiku? jangan-jangan kamu yang jatuh cinta pada pandangan pertama denganku?"tanyanya sedikit emosi.
"ini jam makan siang. tapi, aku tidak tahu kantinnya dimana."jawabku. aku mengikutinya dan  aku duduk berhadapan denganya saat makan siang.
"kenapa duduk didapanku?" tanyanya.
"karena aku hanya kenal denganmu saat ini."kataku sambil tersenyum manis. Dia terlihat kesal, dia benar-benar tak mengingatku.

4 hari ini aku selalu mengikutinya bahkan aku mengikutinya menaiki bis. Sepertinya dia merasa risih tapi, ya sudah biarkan saja.
"kamu kurang kerjaan ya?"tanyanya kepadaku yang duduk disampingnya.
"lah, bukankah bis itu kendaraan umum."jawabku.
"Jiyong.."katanya yang terputus karena aku langsung memotong.
"Jingyo.."kataku.
"Jingyo. ok, kamu bisa duduk ditempat lain? kenapa harus disampingku?"
"aku juga bayar kok."kataku sambil memasang earphoneku.
Seperti biasa aku ingin mengajak Chaerin pulang denganku dan aku menunggu Chaerin di halte, setelah berdebat dia pun mau aku antar jemput. Hari ini Chaerin terlihat sakit jadi dia mengizinkanku untuk mengantarnya sampai rumah. Rumahnya terjaga ketat sepertinya dia bukan anak dari kalangan biasa.
Tidak lama dokter datang sambil memeriksa perutnya dan memberikannya suntikan vitamin.
“makan obatnya dulu setelah itu baru makan. Saya permisi dulu”kata dokter pamit pergi.
“terimaksih dokter!” kataku.
“dokter pribadi ya? Tapi, tidak dihubungi bisa langsung datang gitu?”tanyaku.
“ ya..”jawabnya lemah.
“istiratlah aku akan menemanimu hingga keluargamu datang.”kataku.
“kamu pulang saja. Kerena keluargaku tidak akan datang sampe tahun depan. Memang kamu mau disini sampai tahun depan?”katanya.
“kalau diizinkan”jawabku santai.
“kamu pulang saja. Temanku nanti akan datang menemaniku”katanya.
“baiklah.”kataku dan berjalan pergi.


Sepertinya dia berbohong, aku menunggu hingga pagi di depan gerbang rumahnya tapi, tidak ada yang melewati gerbang ini. Dia sendirian dirumah. Ya, aku menunggu semalaman di gerbangnya yang sangat jauh dari rumahnya. Aku mengirimkannya pesan agar dia istirahat karena aku sudah menghubungi pihak kantor. Tapi, dia tetap ingin berkerja.

Aku masih menunggunya di dekat gerbang rumahnya. Dia berjalan kaki keluar dari gerbang. Ingin rasanya aku mengajaknya untuk pergi ke kantor denganku tapi, aku bahkan tidak menganti bajuku karena semalaman aku berada di dekat gerbang rumahnya. Jadi aku hanya melihatnya dari jauh menuju ke halte.
“bandel!”kata ku yang tiba-tiba muncul dibelakang Chaerin.
“kamu seperti hantu tiba-tiba muncul!”protesnya.
“kenapa tidak istirahat dirumah?”tanyaku, aku mengkhawatirkanya.
“sejak kapan kamu berhak mengaturku?”tanyanya dingin.
“kamu ngajak berantem ya?? Aku mengkhawatirkanmu”kataku.
“kamu sudah sehat?”tanya Seung Hyun yang tiba-tiba datang, dia atasan kami.
“ne.”jawabnya malu jauh berbeda saat dia berbicara denganku.
“bagus kalau begitu”jawabnya dengan senyuman  dan berjalan pergi meninggalkan kami. Chaerin menatap Seung Hyun hyung, aku sadar Chaerin menyukainya.
“Chaerin, kembalilah ke bumi!”kataku sengaja menggangu khayalanya yang sedang melayang-layang. Tidak bisakah kau melihatku Chaerin? hanya melihatku.
“menggangu saja!”katanya sambil memukulku pelan.
“mana ada seorang yeoja sedang malu bisa memukul sekuat itu?”godaku. pukulannya tidak terasa sakit sama sekali tapi, saat aku melihatnya menatap namja lagi begitu hatiku terasa sakit.
“aku ragu untuk bisa memaafkanmu, Jingyo. Baju merek apa ini??? CR? Hahaha.. bukankah ini merek yang memproduksi untuk yeoja. ”katanya meledekku. Aku hanya tertawa pergi begitu saja karena dia tidak tahu bahwa ada huruf “AE” dengan tulisan sangat kecil setelah C dan “IN” setelah R.


Aku sadar Chaerin semakin dekat dengan atasan kami. Dia juga sudah jarang pulang atau pergi ke kantaor bersamaku karena dia pergi dengan atasan kami.

Hari ini aku berniat pergi ke rumah temanku tapi, di jalan tak sengaja aku melihat Chaerin turun dari bis dengan anggunnya. Dia terlihat sangat cantik dari biasanya. Ah, ne. Dia mengatakan kalau hari ini dia kencan dengan Seung Hyun hyung. Chaerin menyeberang jalan dengan senyuman senang di pipinya. Tapi, sebuah mobil melaju ke arah Chaerin. Aku segera melanggar lalu lintas. Aku sengaja menabrak mobil yang akan menabrak Chaerin. Agar dia tak terluka.
Cittt.. suara ngerem dari motorku terdengar begitu nyaring. Motorku menjadi oleng dan terjatuh hingga terseret jauh. Untung Chaerin dapat menyeberang dengan selamat.

Luka-luka saat kecelakaan itu tidak begitu parah hingga aku seperti biasa menjemput Chaerin untuk ke kantor bersama. Baru saja menaiki motorku dia menceritakan kejadian 4 hari lalu. Dugaanku benar mereka telah berkencan
“kamu yakin?”tanyaku.
“tentu saja.”jawabnya mantap dengan mata berbinar. Kebahagian terlihat jelas di matanya.
“bagaimana kalau dia bukan orang baik.”tanyaku. Bukan aku iri atau cemburu tapi, setahuku dia memang bukan namja yang baik.
“dia orang baik.”jawabnya mantap.
“pegangan yang kuat!”kataku berteriak dan menambah kecepatan motorku ingin rasanya aku menabrakkan motorku hingga terjadi lagi kecelakaan karena sungguh, aku ingin dia tak menjadi milik orang lain selain aku. Tapi Chaerin, kau tega sekali padaku. Apa kau tak melihat luka pada kaki dan tanganku serta motorku yang rusak? Kau tak menanyakan kenapa ke adaanku bisa begini. Kau malah menceritakan kisah cintamu yang membuat aku merasakan sakit teramat sakit di bandingkan luka di fisikku sekarang.

Aku melihat Seung Hyun hyung bercumbu dengan yeoja lain di jalanan. Aku sengaja mefotonya. Aku tak ingin Chaerin terluka.

“aku yakin itu Seung Hyung hyung”kataku pada Chaerin yang menyusun desain bajunya.
“kau pasti salah orang karena kemarin Seung Hyun oppa masih di Jepang. Kau ini kenapa sih? Kau tidak senang dengan hubungan kami?”kata Chaerin ketus.
“ya, aku tak suka hubungan kalian. Sangat tidak suka! Kau tahu dia menipumu! Aku yakin selain karena harta, akulah namja yang pantas di sisimu”ingin rasanya aku mengatakan itu semua pada Chaerin. Tapi, aku tidak sanggup karena Chaerin terlalu buta dengan cintanya. Ada apa denganmu, Chaerin? Aku kira cinta bikin buta tapi sepertinya kamu juga tidak dapat mendengar. Kamu tidak tahu aku yang kecelakaan saat kamu berada si sampingmu. Kamu tidak dapat melihat aku yang peduli denganmu, dan kamu tidak dapat mendengar dia yang suka ganti-ganti pacar bahkan berselingkuh.

Hari ini aku jalan bersama adikku, Minzy ke sebuah pusat perbelanjaan. Baru saja aku masuk, aku langsung bertemu dengan Seung Hyun hyung yang bergandengan mesra dengan yeoja. Aku sangat tahu pasti dia tak memiliki seorang adik.
“kau tunggu disini. Aku ada urusan.”kataku sambil berjalan meninggalkan Minzy dan berjalan ke tempat Seung Hyun hyung.
Buk! Aku memukul pipi kirinya. Dia terlihat kaget dan yeoja itu sedikit ketakutan.
“yang tadi itu untuk ini”kataku sambil menunjukkan fotonya yang sedang berciuman beberapa hari lalu.
“jika kau seperti ini lagi. Aku siap, di penjara karena membunuhmu.”kataku santai dan meninggalkan hyung yang masih kebingungan. Amarahku sangat memuncak sekarang.


Aku meminta Chaerin menungguku di parkiran saja karena aku ada perlu dengan hyung kerena kejadian di pusat perbelanjaan yang lalu, jadi aku segera ketempatnya. Aku tak ingin Chaerin menungguku lama.
“ah, apa yang dilihatnya pada Chaerin? Dia tidak cantik dan tidak sexy. Jauh berbeda dari pacar-pacarnya yang lain.”kata yeoja. Langkahku berhenti saat melihat yeoja berbaju putih itu mematung. Mereka tak menyadari Chaerin berada di sana dan bisa mendengar percakapan mereka.
“hey, Seung Hyun tidak sebodoh itu. Dia pasti memanfaatkan Chaerin. Kalau dia memang suka tidak mungkin baru sekarang mereka berpacaran, mereka sudah 1 kantor selama 2 tahun.”timpal temannya.
“bagimana kalau Chaerin tahu di kantor saja yeoja yang dipuja Seung Hyun tidak dia saja.”kata yeoja itu lagi. Mereka pun tertawa. Aku segera berjalan menuju Chaerin yang mematung.
“dengarkan dan ingat kata-kata mereka. Kamu jangan menutup telingamu. Kamu harus mencari kebenarannya dan tetap berhati-hati.”kataku, Chaerin terlihat sangat kaget dengan ke hadiranku.
“kamu sudah datang? Aku menunggumu lama.”katanya pura-pura tidak tersakiti.
“kamu benar-benar buta.”kataku dan langsung menghidupkan motorku. Jika aku di posisinya sekarang aku pasti segera menghubungi hyung.

Beberapa akhir-akhir ini aku sering muntah. Tubuhku terasa sangat lemah. Minzy yang khawatir keadaanku memaksaku untuk ke rumah sakit bersamanya. Betapa terkejutnya aku setelah dokter mendianoksaku penderita gagar otak yang di karenakan benturan pada kepala saat kecelakaan yang lalu. Ternyata darah yang di kepalaku terjadi pembekuan. Aku tidak sedih atau menuntut tuhan memperpanjang umurku. Karena aku sudah bersyukur penyakit ini tidak menimpamu, Lee Chaerin.

@kantor
“Chearin lihat!!!”teriak Dara nuna heboh.
“kenapa onnie?”Tanya Chaerin binnggung.
“cepat lihat dijendela!”pintanya. semuanya termasuk aku melihat ke sebuah jendela yang dikatakan Dara nuna. Ada sebuah balon udara yang sangat besar bertuliskan “CHAERIN, will merry me??”. Chaerin terlihat terkejut tapi, dia juga terlihat bahagia. Haruskah aku menyerah sekarang?
“Chaerin sayang… ini aku. Aku yang selalu ada dihatimu. Aku mohon kepadamu, izinkan aku menikahimu.”kata Seung Hyun hyung dari mickropon. Seung Hyun hyung berjalan dengan sepasang orang tua yang tak ku kenal, aku rasa itu orang tua Chaerin. Seung Hyun berjalan mendekati Chaerin dan menggegam tangannya. Seharusnya aku yang disana, seharusnya aku yang berada di posisi hyung.
“aku butuh jawabamu.”kata Seung Hyun hyung.
“aku mau.”kata Chaerin gembira. Seung Hyung memasangkan cincin di jari manis Chaerin dan tepuk tangan dan ucapan selamat menghujaninya. Dan tentu saja itu tidak aku lakukan..
“kenapa kamu melihat oppa seperti itu.”kata Chaerin kepadaku yang  berdiri didepan mereka.
“kamu tidak tahu, Chaerin? Sebenarnya aku selingkuhanya.”kataku dengan senyuman dan Chaerin mencubitnya pelan.
“hay, ketua! Jaga dia baik-baik karena aku hampir saja menculiknya.”kataku yang segera pergi. Aku perlu membena hati dan pikiranku. Bukannya aku cengeng tapi, ayolah! Namja juga seorang manusia. Bertahun-tahun aku mencintainya dan akhirnya aku dapat bertemu dengannya. dan kini aku harus merelakannya menikah dengan namja yang sudahku pastikan tak pantas untuknya.


Aku dan Chaerin berjanji bertemu di Cafe Es krim.
“aku ada rencana mau keluar negeri.”kataku membuka topik pembicaan.
“kenapa?”tanyanya sambil memasukan sesendok es krim ke mulutnya.
“uangku sudah banyak jadi aku mau memberikan sedikit uangku kebeberapa negara tapi, namanya VISA.”kataku sambil tersenyum. Aku tak bisa jujur padanya tentang penyakitku.
“serius!!!”pintaku.
“aku hanya ingin jalan-jalan saja kebeberapa negara. Mungkin butuh waktu 4-6 bulan.”kataku. ya, aku memang ingin menghabiskan umurku dengan mengunjungi negara yang inginku kunjungi.
“kapan akan pergi?”tanyanya. Tiba-tiba aku merasa mual lagi. Aku meutup mulutku dan permisi pergi. Setelah aku muntah aku pun segera kembali.
“kamu tidak apa-apa?”tanyanya khawatir. Aku senang kau khawatir padaku.
“kamu tidak perlu khawatir. Kan biasanya kamu juga tidak bisa merasakan perasaanku.”kataku. Entah kenapa kalimat itu meluncur saja dari mulutku.
“kamu sakit?”tanyanya.
“hey, es krimnya keburu mencair.”kataku sambil memakan es crieamku mengalihkan pembicaraan.
“kamu kenapa?”tanyanya sedikit memaksa.
“sudahlah, aku hanya kecapekan dan lagi tidak enak badan saja.”kataku sambil berusaha tersenyum.

Seung Hyun akan berulang tahun jadi aku diminta Chaerin untuk menemaninya memilih kado. Aku senang karena setidaknya aku bisa bersama dengan Chaerin walau sebentar.
“bisa tidak berhenti meminta pertolongan kepadaku?”kataku.
“anggap saja ini jalan-jalan sebelum kamu pergi. Kapan kamu mau pergi?”tanyanya.
“ehm.. 2 minggu lagi.”jawabku.
“jadi, saat kita membicarakanya pertama kali ternyata sisa waktu kita bermain bersama hanya 1 bulan?”katanya kesal atau perasaanku saja.
“ia. Karena itu aku tidak ingin mensia-siakan waktuku.”kataku.
“jadi kita mau kemana?”tanyanya.
“kita makan es cream saja.”jawabku.
“bosan..”protesnya.
“kalau gitu DONAT!!!”kataku penuh bersemangat karena ini mungkin terakhir aku bersamanya.
“selalu es cream, donat, apel.”katanya sambil mengikuti langkahnya.
“tenang, kamu diurutan pertama.”kataku. Chaerin hanya diam. Apa dia tak mendegarkan apa yang aku katakan?
Aku pergi dan keluar dari perkerjaan tanpa bilang pada Chaerin. Tak lama dari pertunanganya Chaerin keluar dari kantor.


Aku sudah berada di Paris. Seperti yang pernah kau bilang Chaerin, Paris begitu indah. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku meminta seseorang pribumi memotoku seorang diri dan pemandangan paris yang indah menjadi latarnya, seperti biasa aku sengaja mengosongkan tempat di sampingku, untukmu Chaerin. Aku ingin kita pergi bersama.


4 bulan berlalu, aku sudah pulang dari tour ku. Aku kangen sekali dengan suara Chaerin jadiku putuskan untuk menghubunginya karena sejak aku pergi aku selalu tidak mengaktifkan nomorku. 
“ halo?”katanya setelah telepon tersambung.
“moshi2”jawabku.
“Jingyo!!!! lagi di jepang ya??”katanya heboh
“tidak aku sudah kembali kok. Tapi nomornya aku suka, makanya aku pakai.”jawabku.
“jalan kemana saja?”
“hahaha.. aku sudah lupa. Banyak Negara yang aku kunjungi.”
“aku juga ingin…”katanya terpotong setelah terdengar ketukkan pintu dan dia terdengar berlari.
“Jingyo mianhae, lain kali akan aku hubungi lagi. Seung Hyun sekarang datang kerumahku.”katanya,
“baiklah.”kataku dan dia segera memutuskan teleponnya. Bahkan kau tak merindukanku. Aku tidak masalah kamu mementingkan dia, Chaerin. Tapi, aku harap kamu sadar aku disini menunggumu. Paling tidak kamu mau bertemu denganku.

Setelah beberapa hari berlalu aku mencoba menghubungi Chaerin kembali. Keadaanku semakin parah, aku ingin melihatnya setidaknya aku bisa mendengarkan suaranya.
“hay, katamu kamu akan menghubungiku lagi”protesku.
“maaf, aku lupa. Aku sibuk dengan bisnisku sendiri.”jawabnya.
“kamu membuat perusahaan sendiri?”tanyaku kaget.
“ia tapi masih kecil. Belum bertingkat, tidak ada lift seperti kantor kita dulu.”jelansya.
“tapi, itu pasti bagus.”
“yah lumayan.”
“kamu bisa ketempatku? malam ini? Besok? Atau lusa?”kataku, aku benar-benar ingin bertemu denganya.
“kenapa? Kamu kangen sekali padaku?”katany mengodaku.
“bisa dibilang begitu”kataku sambil tertawa pelan.
“mianhae, aku sudah punya janji dengan Seung Hyun.”katanya. rasanya jantungku berhenti seketika.
“jadi, kalian sudah baikan?”tanyaku terpukul.
“ya tentu saja.”jawabnya bersemangat. Kau benar-benar tidak sadar dengan perasaanku, Chaerin? aku kembali menghubungimu karena kesehatanku semakin menurun tapi, kamu tetap tidak bisa menemuiku.

Minzy masuk ke kamarku dengan mata yang sembab. Sepertinya umurku tak panjang lagi hingga dokter membuat Minzy menangis seperti ini.

‘Awalnya aku merasa contoh cinta buta itu adalah kisah cintamu yang menyedihkan tertipu dengan rayuan namja itu. Ternyata cinta buta itu aku alami sendiri. Hingga akhir nafasku aku tetap mengatakan “AKU CINTA PADAMU, LEE CHAERIN”. yah, aku benar-benar telah dibuat buta oleh cintaku padamu Chaerin. Bagaimana pun kau memperlakukanku aku tetap mencintaimu, Chaerin.’
END





SORRY, I’m Not ANGEL, Boys!



SORRY, I’m Not ANGEL, Boys!

Author: Kim Daisy
Cast: Chaerin a.k.a CL 2ne1 dan Kwon Ji Yong a.k.a GD BIG BANG.
Genre: Angst
pict: google
Cuap-Cuap author: ini Stand Alone dari Vignitte "About love"  tentang balasan Chaerin ke Jiyong. Kim harap para Infi suka. :)

ABOUT LOVE: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=165749583607288&set=a.163412617174318.1073741831.163049320543981&type=3&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash4%2F1000382_165749583607288_2109839421_n.jpg&size=206%2C245


--------------------
Chaerin Pov
Aku ke kampus dengan kepercayaan diriku kembali. Tidak seperti biasanya aku pergi ke kampus dengan mobil mewah berwarna putih, kini aku menaiki mobil sport berwarna orange dengan atap terbuka dan seorang namja yang mengandengku. Dia kekasih baruku, Kim Hyun Jung. Namja tampan, romantis, perhatian denganku dan jauh lebih kaya dari Jiyong. Aku memang baru berkenalan dengannya baru dua minggu ini karena tak sengaja bertemu disebuah pesta. Biasanya aku memang menjadi pusat perhatian tapi, kali ini berbeda. Chinggudeul yeoja juga melihat kami, entah karena wajah yang disampingku ini rupawan atau karena mobil sportnya yang membuat mereka tertarik.
“aku tidak enak, semua memperhatikan kita. Aku masuk dulu oppa.”kataku.
“tunggu!”katanya saat aku ingin membukakan pintu. Hyun Jung oppa turun dari mobil dan dengan sigap membukakan pintu untukku.
“gomawo oppa!”kataku. Dia tersenyum.
“jangan nakal ya!”katanya sambil mengecup keningku. Senyuman langsung terukir di wajahku. Apa yang dia lakukan benar-benar manis. Aku jadi ingat dulu Jiyong oppa tak pernah membukakan pintu untukku. Tentu saja, karena Jiyong oppa tak pernah mencintaiku.
“wae? Kenapa kau tiba-tiba jadi terlihat sedih? Apa aku salah?”tanyanya sedikit khawatir.
“annio, oppa. Gwinchana”kataku sambil memelukknya, aku berusaha mengobati lukaku. Hyun Jung oppa membalas pelukanku.
“kau jangan ke kampus ya? Aku ingin begini terus.”bisiknya.
“tidak bisa, oppa. Aku ada kelas penting hari ini.”kataku sambil melepaskan pelukan kami dan pergi meninggalkannya. Dia tersenyum manis dan melambaikan tangan padaku.


Jiyong Pov

Kau terlihat lebih cantik sekarang Chaerin. Apakah itu kekasih barumu? Sepertinya memang begitu karena kau bahkan membiarkannya mencium keningmu.
“oppa, apa yang kau lihat? Kau menyesal sudah berpacaran denganku?”kata kekasihku kesal.
“menurutmu?”kataku. Dia langsung cemberut. Aku membiarkan saja, paling dia juga diam sendri asal aku mengajaknya berbelanja.


Author Pov
“aku mau makan disini.”kata seorang yeoja pada kekasihnya.
“kita langsung pulang saja. Aku lelah. Bukankah kita sudah seharian berjalan-jalan.”kata Jiyong.
“menu makanan di sini enak-enak oppa. Berbeda dengan tempat lain.”kata yeoja itu keras. Lagi-lagi Jiyong terpaksa melakukan apa yang kekasihny inginkan.
“Chaerin tak pernah mengeluh atau menuntut padaku.”pikir Jiyong. Seorang namja yang membandingkan kekasihnya dengan yeoja lain memang tidak baik. Tapi, Jiyong sudah sangat lelah karena dia tahu kekasihnya berpura-pura padanya. Yeoja yang dia cintai selama ini ternyata menghianatinya hanya ingin uang yang Jiyong miliki.

Jiyong akan memasuki lift menuju ke apartmennya. Baru saja dia ingin menutup lift ada seseorang yang menahan agar lift terbuka.
“kita mau kemana oppa?”kata seorang yeoja yang matanya tertutup dengan kain.
“aku akan meberikanmu kejutan.”kata namja itu masih mengarahkan yeoja untuk masuk ke lift.
“tetap memelukku karena ini adalah sebuah jembatan.”kata namja itu sambil tersenyum.
“kau berbohong oppa. Aku tahu kita di dalam lift.”kata yeoja itu tersenyum. Namja itu pun mengecup bibir sang yeojanya.
“apa kau gila? bagaimana kalau tiba-tiba ada orang  yang tiba-tiba membuka lift? Apa di sini ada orang oppa?”tanya Yeoja itu.
“tidak. Disini hanya ada kita berdua.”kata namja itu langsung mencium yeojanya.
Ting! Pintu lift terbuka. Jiyong segera keluar dari lift.
“kau berbohong oppa. Ada orang disini selain kita.”protes yeoja itu.
“tapi, sekarang tidak lagi.”kata namja itu dan mencium yeoja itu lagi. Pintu lift pun segera tertutup.
“apa karena aku hingga kau memilih namja sembarangan, Chaerin?”gumam Jiyong sambil berjalan menuju apartmennya. Jiyong merasakan sakit dihatinya. Dia tak menyadari bahwa perasaannya bisa terbagi juga untuk Chaerin hingga merasakan rasa sakit ini.


Saat Jiyong bertemu di kampus Jiyong langsung menarik Chaerin ke taman. Dia sudah tak tahan lagi melihat Chaerin bersama namja lain.
“waeyo?”tanya Chaerin tenang. Jiyong terkejut dengan perubahan expresi Chaerin yang biasanya selalu manis saat bersamanya.
“bisakah kita bersama lagi?”tanya Jiyong dengan menatap dalam ke mata Chaerin.
“tentu.”kata Chaerin mantap Jiyong kaget saat mendengar jawaban Chaerin.
“tapi, apa kau sudah memutuskan kekasihmu?”tanya Chaerin.
“aku sudah memutuskannya beberapa hari lalu.”kata Jiyong segera. Ya, dia memang sudah memutuskan kekasihnya yang dia idamkan dulu itu.
“kau tak akan mengejarnyaa lagi?”
“tidak akan. Lalu, kapan kau akan memutuskan kekasihmu?”tanya Jiyong.
“aku akan memberikanmu kesempatan untuk menjadi milikku lagi. Tapi, aku tak melepaskan kekasihku. Apa kau keberatan?”kata Chaerin tenang. Jiyong langsung memeluk Chaerin.
“tidak masalah. Gomawo Chaerin!”kata Jiyong senang.
“oppa, kemarin malam apakah kau orang yang di lift itu?”tanya Chaerin.
“ne, bagaimana kau tahu?”tanya Jiyong.
“aroma parfummu. Aku tahu kami akan tinggal di gedung yang sama dengan apartmenmu karena setelah aku bangun aku tak sengaja melihat bukti pembayaran apartemen itu atas namaku.”jelas Chaerin. Jiyong terdiam, dia tak ingin salah paham.
“tidak, yang kau pikirkan memang benar. Aku sudah beberapa kali tidur dengannya. Apa kau tetap ingin bersamaku?”tanya Chaerin.
“tentu saja, aku mencintaimu Chaerin.”kata Jiyong sambil memeluk Chaerin lebih erat.


#lift
Jiyong berencana keluar untuk mencari makanan di luar. Baru saja dia membuka lift tapi, dia melihat Chaerin sedang berciuman dengan kekasihnya. Jiyong melangkah mundur tapi Chaerin segera menarik tangan Jiyong hingga Jiyong masuk ke dalam lift. Pintu lift pun segera tertutup.
“inikah balasan waktu itu?”pikir Jiyong sambil menatap Chaerin.

Flashback
Chaerin melihat Jiyong berciuman mesra dengan yeoja lain. Jiyong tahu Chaerin melihatnya tapi, dia hanya diam membiarkan Chaerin melihat apa yang dia lakukan dengan yeoja lain. Jiyong melihat dengan sangat jelas air mata Chaerin menetes tapi, Chaerin bahkan tak perpindah atau pergi dari tempatnya. Chaerin terus melihat Jiyong hingga jiyong melepaskan ciumannya dari yeoja yang Jiyong cintai.
Flashback End

Chaerin mengetuk pintu rumah Jiyong. Jiyong segera membukakan pintu rumahnya.
“ada apa Chaerin?”tanya Jiyong binggung. Dalam cepat Chaerin mencium Jiyong.
“dia sedang keluar kota. Aku menginginkanmu, Jiyong oppa.”kata Chaerin manja. Jiyong mencium bibir Chaerin dan menariknya masuk ke rumahnya.


Jiyong lemas saat Chaerin memberikanya sebuah undangan. Yah, itu undangan pernikahan Chaerin dengan Kim Hyun Jung, kekasih Chaerin.
“Mian, oppa. Kau sudah terlambat. Aku tak mencintaimu lagi. Kita berakhir disini. Selamanya aku tak bisa bersamamu.”kata Chaerin berjalan menjauh dari Jiyong setelah mengenakan jaketnya.
“aku mohon, kembalilah padaku Chaerin.”pinta Jiyong.
“aku sudah memberikanmu kesempatan dan ternyata perasaan itu sudah hilang. Jangan mencariku lagi, oppa. Siang ini aku akan pergi ke jepang menyusul Kim Hyun Jung oppa dan menetap disana. Selamat tinggal!”kata Chaerin sebelum keluar dan menutup pintu meninggalkan Jiyong sedirian yang terluka.
“aku memang mencintaimu. Tapi, aku sadar cinta bukanlah segalanya. Selamat tinggal Kwon Jiyong, selamat tinggal cintaku. I’m sorry, good bye.”kata Chaerin pelan.

END

NO MORE CHOISE (one shoot)



NO MORE CHOISE (one shoot)

AUTHOR: MaharDIKA Putri
CAST: SKY DRAGON
GENRE: ROMANTIS
RATING: NC (buat bawah umur tutup matanya ya!!)
cuap-cuap author: judul asli itu "tidak ada pilihan" dan castnya OC, lebih dari 4 bulan menjadi ff favorit no 1 di blog Dika dengan rata2 50 pembaca tiap minggu.
sekarang Dika buat versi SKY DRAGON karena inspiransinya juga karena SKY DRAGON. *shipper.
memang tidak banyak perubahan dari versi awal tapi, dika harapkan chiggudeul tidak bosan bacanya. semoga suka. smile emotikon

-CHAERIN POV
Dengan semangatku langkahkan kakiku.
"hey, pergi kau bayi!"kata seorang namja yang mengenakan seragam sekolah.
"aku bukan bayi!"kata anak kecil didepannya.
"ada apa?"tanyaku.
"tidak, nuna!"kata namja berseragam itu.
"kalau begitu pergilah!"pintaku pada anak-anak berseragam SMP itu pun berlari pergi.
"gwinchanna?"tanyaku.
"ne"jawabnya takut. aku memegang tangannya dan membantunya berdiri.
"tenanglah! Aku Chaerin. siapa namamu, saeng?"tanyaku ramah. Dia diam saja.
"kenapa anak SMP disini, inikan SMA? apakah kau mencari kakakmu?"tanyaku. Anak kecil itu hanya diam.
"kau bisa pulang sendiriankan? Nuna ada urusan, aku pergi dulu. Bye!"kataku berjalan pergi menuju sebuah cafe tempat aku dan kekasihku akan berkencan. Aku melihatnya dan aku duduk disampingnya.
"kita putus saja!"kata namja itu tiba-tiba, padahal aku baru saja duduk.
"wae? apa salahku?"tanyaku tak percaya.
"sadarlah, chaerin! kau tidak cantik. Aku begitu populer dan tampan. Aku bisa mendapatkan yeoja cantik dari pada kau."kata namja itu begitu saja dan pergi. Aku menangis tanpa peduli dengan kepergian namja itu. Aku tak akan mencoba untuk mengejarnya.

@7 tahun kemudian.
"annyeonghaseo, Chaerin agassi!!"sapa karyawan yang dilewatinya. Aku tersenyum mengeluarkan pesonaku.
"ah, kau begitu cantik agassi!"kata salah satu karyawan namja padaku. Lagi-lagi aku hanya tersenyum.
"kau baru menikah dua minggu lalu apa kau lupa?"kata Dara pada namja itu.
"Chaerin, lihatlah! kau berbeda dari Chaerin yangku kenal masa kuliah. Sekarang kau begitu mempesona. Membuat namja takhluk padamu."kata Dara. Aku hanya diam dan menaiki lift.

-Ruangan Chaerin
"tolonglah aku, direktur! Aku butuh uang itu. Pinjamkan aku uang"pinta karyawan namja.
"anda tau prosedurnya kan? jadi, saya tak bisa melakukannya."kataku sambil membaca dokumen diatas mejaku.
"aku membutuhkan uang itu untuk pernikahanku bulan depan."
"saya bukan orang baik. jadi,berhentilah memohon padaku."kataku sambil membuka lembaran dokumenku.
"kau tak punya hati, Chaerin. umurmu jauh lebih muda 5 tahun dariku tapi, tak ada rasa menghormatiku."kata namja itu marah.
"aku tau aku tak punya hati. tadikan sudahku bilang aku bukanlah orang baik."kataku santai. Namja itu keluar dengan penuh amarah.

Aku masuk kerumahku dengan setumpuk rasa lelah dipundakku. Seperti biasa keluargaku sudah berkumpul di meja makan.
"bagaimana persiapan pernikahanmu?"tanyaku pada Min Rin, adikku. Dia sedikit takut.
"Sudahku bilang kalian menikah saja! Aku menerimanya dengan senang kok. tapi, bila kamu masih keras kepala kayanya aku membutuhkan apartemen mewah".kataku sambil mengambil makanan.
"bodoh! umurmu sudah 28 tahun. Kenapa kau masih bercanda juga!"kata aboji marah.
"aku tak bercanda"kataku serius.
"akh, aku tak tahan lagi! Besok kau harus datang kekantorku!"kata aboji.
"aboji, aku sudah berkerja ditempat lain kenapa aku harus ke kantor aboji?"tanyaku. omma juga sudah terlihat marah.
"aku akan mengenalkanmu pada karyawanku. kalau perlu aku akan menempelkan fotomu disetiap sudut tembok"jelas aboji.
"aboji, aku tak sejelek itu sampai perlu melakukan hal itu."kataku.
"lalu, kenapa kau masih belum punya kekasih?"bentak aboji.
"sabar aboji! aku bukan tak laku tapi, aku tak punya hati."jelasku sambil mencium pipi aboji agar dia sedikit tenang.
"bukan tak punya hati. tapi,kau yang tak mau menerima mereka."kata omma mulai angkat bicara. Aku duduk di kursiku.
"baik. jika itu mau kalian. Kalian saja yang pilihkan."kataku sambil mengunyah makananku.
"ok! kau tak boleh menolak"kata aboji.
"ok! Aku janji aku tak akan lari. tapi,aku tak akan janji dua minggu setelah menikah kami berpisah"kataku santai.
"anak macam apa kau!"teriak aboji sambil memegang leher bagian belakangnya hipertensinya sepertinya kambuh.
"unnie!"bentak Min Rin karena sikapku keteraluan.
"karena kau, omma malu. Karena kau, Min Rin menunda pernikahannya. Sekarang kau ingin abojimu masuk rumah sakit?"kata omma.
"ok. Aku akan berusaha. Kalian yang atur setelah itu bilang saja padaku"kataku.
"yeoja macam apa kau?"kata aboji. Aku hanya diam dan menikmati makan malamku.

Aku masuk kesebuah resto karena aku akan bertemu dengan namja yang dijodohkan denagnku. Hanya ada satu namja yang ada disini. Tapi, namja ini terlihat lebih muda dariku, jauh lebih muda.
"Jiyong??"tanyaku. Dia tersenyum manis. Bodoh sekali namja ini mau dijodohkan denganku.
"silahkan duduk"katanya. Aku duduk disampingnya. Dia sedikit kaget dengan sikapku yang memilih duduk disampingnya.
"berapa umurmu?"tanyaku langsung.
"22 tahun ini"jawabnya.
"astaga, aku kira aku akan dijodohkan dengan namja lebih tua dariku. apakah aboji stress? Tapi, tidak apa-apa kau pasti tidak suka dengan perjodohan ini. Jadi, pasti akan cepat berakhir."kataku.
"tidak. Itu tidak akan terjadi karena aku yang meminta perjodohan ini."jelasnya.
"umurmu baru 22 tahun. Bagaimana kau bisa menghidupiku?"
"15 tahun aku sudah masuk universitas. 17 Tahun aku sudah berkerja. Sudah 2 tahun aku memimpin perusahaan uri appa"jelasnya. Dikasih makan apa ini anak sampai sehebat itu?
"jadi kau setuju?"tanyanya.
"aku setuju"
"baik, pernikahan kita tiga minggu lagi. Bagaimana?"
"bukankah kita di beri waktu dua bulan? Kenapa secepat ini? Pernikahan bukan seperti tanda tangan kontrak."
"tenang, semua akanku urus. Aku ingin mengenalmu setelah menikah saja"katanya tersenyum.
"terserahmu saja"kataku malas.
"aku lebih tua darimu kenapa tidak memanggilku.."
"kenapa harus memanggilmu nuna kalau sebentar lagi aku akan memangilmu honey atau yeobo."godanya.
"dasar anak-anak"
"aku bukan anak-anak, aku calon suamimu."kata Jiyong.

Aku dan Dara menonton tv dirumahku. Hari ini kami libur karena dia bosan maka dia kerumahku. Seseorang memencet bel.
"Dara, tolong bukain! Aku pakai celana pendek."kataku.
"ok, bos!"jawabnya dan berjalan untuk membuka pintu.
"cari Min Rin ya? Min Rin baru saja pergi."kata Dara. Karena merasa aneh aku pun berlari menuju pintu depan.
"kenapa kau disini?"tanyaku kaget.
"kau sibuk?"tanya namja itu.
"anni"jawabku.
"baguslah"jawabnya penuh senyum.
"nuguseo?"tanya Dara bingung.
"aku Jiyong, calon suami Chaerin"kata Jiyong. Dara menatapku bingung aku mengaguk pelan.
"Ada apa?"tanyaku.
"kajja, kita pergi beli cincin dan pilih bajunya."ajaknya.
"ne. Tapi, aku siap-siap dulu. Kamu masuk saja, Jiyong." kataku sambil membuka pintu lebih lebar dan Dara mengikutiku kekamar.
"jadi dia?"tanya Dara tak percaya.
"ne"
"aku kira dia temen Min Rin. kau tak bercandakan menikah dengan namja yang jauh lebih muda darimu?"
"tentu saja tidak."
"kau yakin menerima dia jadi suamimu??"
"aku tak punya pilihan. kau kan tau itu. telepon saja Taeyang, suamimu untuk menjemputmu. karena kami akan lama. "kataku sambil mengenakan bajuku.
"ne!"
“atau kau ingin kami antar sekalian?”
“tak perlu. Karena sekarang jam makan siang Taeyang jadi, dia bisa menjemputku sebentar dan kembali ke kantor.”
"baiklah. Aku pergi dulu"kataku.

Saat sampai Jiyong mengandeng tanganku. jujur saja ini pertama kalinya aku bergandengan dengan namja.
"aku bergandengan denganmu terlihat aku jalan dengan dongsaengku"kataku.
"Kau khawatir? tenanglah, penampilanmu tak seperti umurmu"katanya.
"aku harap begitu."jawabku malas. Jiyong menarikku kesebuah toko perhiasan, kami memilih cincin yang simple. Lalu, kami memilih gaun. Setelah kami mengenakan baju pengantin, kami berfoto bersama.
"wah, kalian sangat serasi! Kalian sudah lama pacaran ya?"tanya pramuniaga.
"wae?"tanya Jiyong.
"annio. Hanya saja kalian menikah begitu muda."jawab pramuniaga. Jiyong tersenyum.
“kau tidak terlihat tua seperti orang yang seumuran denganmu.”kata Jiyong berbisik padaku.
"kau bayar berapa dia?"tanyaku pada Jiyong. Jiyong tertawa dan pramuniaga bingung.

Aku memberikan undanganku pada Dara.
"asik, malam pertama tinggal satu minggu lagi."goda Dara.
"ehm, melakukan "itu" tidak wajibkan?"
"tentu saja wajib"
"jadi, bagaimana kau melakukannya?"
"hahaha..kenapa? kau gugup? biarkan suamimu yang berkerja, kau menerima saja."
"aku tak perlu menonton film "itu" kan?"
"pabo! Tahun berapa kau lahir? kenapa begitu kolot?"
"kau yang bodoh, kau kan tau aku memang tak mengerti."
"tenang saja. walau dia masih muda tapi, dia tetaplah sorang namja."
"aku sudah dewasa tapi, rumit bagiku rumit mengerti dengan kelakuan yang dewasa. akh!"keluhku.

Hari pernikahanku, rasa seperti aku sedang memainkan adegan pernikahan.
"tersenyumlah!"pinta omma.
"kau begitu cantik unnie"kata Min Rin.
"kalau kau tak tersenyum, orang akan mengira Min Rin yang akan memikah karena Min Rin terlihat cantik daripada kamu"komentar omma.
"bukankah memang Min Rin cantik dari pada aku"sanggahku. Omma memukulku pelan.
Tersenyumlah Chaerin, anggap kau bahagia seperti saat kau datang kepernikahan Dara. Banyak yang datang, banyak yang memberikanku selamat. Tapi, itu tidak membuatku gugup sekali pun.

Dan akhirnya selesai juga. Kami masuk kerumah Jiyong. Ini tidak pertama kalinya aku kesini. Jadi, aku langsung kamar dan mandi. Aku keluar dari kamar mandi dengan piama. Jiyong duduk dipingir kasur.
"kau tak bahagia?"tanyanya. Matanya menatapku lekat.
"aku senang"jawabku.
"bahagia berbeda dengan senang."katanya lalu menundukkan kepalanya.
"aku harus bagaimana?"tanyanya. Tiba-tiba dia didepanku, mengecup bibirku. Dia menyentuh pergelangan tangan kananku.
"ini ciuman pertamamu tapi, hatimu bahkan masih beraksi wajar."katanya sedikit frustasi karena aku tidak deg-degan atau pun merubah expresiku. Aku tahu dia selalu berusaha membuatku menyukainya.
"sudah, kita tidur saja dulu! bukankah kau sudah lelah mempersiapkan semuanya"kataku sambil tiduran dikasur.
"aku takut aku tidak bisa membahagiakanmu"katanya sambil merebahkan tubuhnya disampingku.
"jangan menyalahkan dirimu! Aku yang salah karena tak punya hati"kataku. Dia menghadap kearahku.
"tapi, kau berusaha mencintaiku? Aku janji aku tak akan mengkhianatimu"katanya menatapku lekat.
"kau fikir aku bodoh? Umur kita begitu jauh, tak lama lagi kau bosan dan mencari yeoja lain"kataku.
"kau sungguh tak percaya padaku?"
"kita lihat saja nanti siapa yang benar"kataku.
"kau kira kau dipermainkan olehku? kau yang mempermainkanku, Chaerin."katanya lembut.
"sudahlah, aku sudah lelah. Kalau tidak mandi mendingan tidur saja. Lagian ini malam pertama, kau malah marah begini."kataku menutup mataku.
"jadi apa yang harus kita lakukan pada malam pertama? Apakah kau tau?"godanya. Sial, aku salah bicara jadi aku pura-pura tak mendengarkannya. Tapi, kecupan lembut yang aku terima darinya. Kali ini tidak hanya kecupan, ini adalah kiss. Aku hanya diam dan tidak berani membuka mataku.
"malam ini tidak hanya ciuman pertamamu yang hilang tapi, juga ciuman pertamaku"katanya, dan aku rasa wajahnya masih dihadapanku karena nafasnya berhembus di wajahku.
"aku bosan melihat wajah datarmu, tersenyumlah! Aku tak akan marah lagi."katanya. Aku tersenyum sebisaku, bibirku terasa kaku karena sulit bagiku untuk tersenyum saat ini.
"tak apa, asalkan kau berusaha."katanya sambil kembali ketempatnya.
"Chaerin.."
"hem.."
"aku boleh memelukmu?"
"kenapa tanya? Kau menciumku saja tidak minta izin kepadaku."kataku. Dia terkekeh dan mendekatakn tubuhnya padaku, dia memelukku. Tubuhnya yang kurus membuatku tak menyangka ternyata dia punya tangan yang kekar. Wajahku tepat didada bidangnya sangat terdengar detak jatungnya yang kuat. Dia benar menyukaiku?

Aku terbagun, aku masih dipelukannya. Perlahan-lahan aku bangun melepaskan darinya, dia menggegam tanganku.
"Mau kemana?"tanyanya dengan mata masih terpejam.
"tidurlah lagi, kau masih lelah. Setelah masak, aku akan membangunkanmu"kataku sambil melepaskan tanganya dan aku pergi ke dapur.

Aku meletakkan minuman diatas meja makan. Tangan kokoh Jiyong telah melingkar dipinggangku dari belakang, kepalanya disandarkannya dibahuku.
"Kenapa begitu pagi? Aku masih ingin memelukmu"kata Jiyong manja.
"jangan bicara dileherku!!geli"kataku.
"aku tak memilikimu tadi malam"
"bukankah semua orang juga tau aku milikmu sejak kemarin, kita sudah menikah"kataku.
"tapi, kita tidak ‘berolahraga’ tadi malam"katanya sambil melepaskan pelukan dan duduk dikursinya. Aku mengambil makananya.
"umurmu berapa? Apakah kau tak tau semakin cepat punya anak, semakin hebat pasangan suami-istri itu"jelas Jiyong.
"aku baru tau itu"kataku sambil ikut makan di sampingnya.
"kenapa kau mau menikah denganku?"tanyaku.
"tentu saja karena aku mencintaimu. kalau hanya bermain-main dengan yeoja seusiamu aku tak perlu menikah. Jika pernikahan ini untuk bisnis tidak mungkin karena aku sudah memegang perusahaan besar dan lebih besar dari pada perusahaan abojimu."jelasnya sambil makan.
"kau jauh muda dari pada aku, kenapa jalan pikiranmu bisa sepanjang itu?"
"yeobo, apa kau lupa aku ini anak cerdas. Kau penasaran dengan anak cerdas sepertiku?"tanyanya. Aku menganguk pelan, dia mengegam tanganku.
"kita buat yuk?"godanya.
"Habiskan makananmu!"kataku. Dia tertawa lepas.

Aku menonton TV, dia tiduran dipangguanku.
"Kau manja sekali, seperti anak kecil"kataku. Dia bangun mengangkat bubuhnya dan menciumku. Singkat tapi dilakukannya berulang kali. Aku rasa aku mulai terbuai olehnya.
"apakah ini sudah tidak seperti anak-anak?"tanyanya. Tatapan matanya tak selembut tadi.
"tidak. Ini kelakuan orang dewasa."kataku. Dia segera menciumku lagi dan lagi.

Sudah hampir dua bulan menikah. Sudah dua minggu aku merasakan dicuekin Jiyong. Handphoneku bergetar segeraku baca pesan yang baru masuk.

from: Dara.
cepat berikan padanya. Dari pada dia minta pada gadis lain.

Dara menakut-nakutiku. Apa benar semua namja akan begitu?
pip! Pip! Pip! Pip! Pip! druk..(pintu terbuka) aku berlari kecil kearah Jiyong yang baru pulang, melepaskan jas dan dasinya. Mengambil tasnya.
"aku lelah"keluhnya.
"kau mau mandi?"tanyaku.
"tidak, aku tidur saja."katanya. Tidak ada pelukan, tak ada kecupan, dia juga tidak manja padaku lagi. Katanya dia mau membuatku jatuh cinta padanya tapi, apa ini??

Jiyong pulang, seperti biasa dia pulang dengan wajah lelah. Tapi, kali ini wajahnya lebih pucat. Aku memapahnya ke kamar melepaskan sepatu dan kemejanya karena bisah oleh keringat. Tubuhnya demam.
Aku terbangun menganti pendingin panas tubuhnya. Dia belum juga sadar tapi, dia perlu minum obat karena panasnya belum turun. Kukunyah beberapa biji obat, ku masukan air kemulutku dan kumasukan obat-obat itu kemulutnya. Walaupun tidak semuanya setidaknya dia sudah minum obat. Aku tertidur lagi.

Saat aku terbangun langit sudah cerah. Aku cek suhu tubuhnya, demamnya sudah turun. Aku mengambil HPku, menelpon assisten Jiyong.
"maaf tuan Park, Jiyong sakit. Dia demam jadi tidak bisa masuk kantor hari ini"
"..."
“demamnya belum turun. Tapi,dia belum bangun. Jika siang masih begini. aku akan bawa kerumah sakit"
"..."
"ne"kataku dan menutup telepon.
"aku ke kantor ya?"kata Jiyong tiba-tiba.
"Jangan kau masih perlu istirahat!"kataku.
"kau khawatir padaku?"
"aku akan buatkan bubur untukmu"kataku pergi.
"aku kira hanya vitamin dan obat magh saja yang manis. Ternyata obat tadi malam yang kau berikan juga manis"katanya. Detak jantungku menjadi tak normal mendengarnya. Aku pura-pura tak mendengarnya dan pergi ke dapur.

Aku menyuapinya makan bubur.
"makan saja disupi gimana mau kerja?"ledekku.
"kerjaanku banyak bila tidakku kerjakan segera. Itu akan membuat liburan kita tertunda"
"jadi dua minggu ini?"
"tentu saja aku berkerja biar aku bisa berdua saja denganmu"
"kenapa harus berlibur. Kalau kau tidak lembur kita kan jadi punya waktu berdua. Lagian aku juga akan berkerja. Hari ini aku terpaksa cuti untuk menjagamu. Sekarang makan obatmu!"kataku sambil meletakan obat ditangannya.
"tidak! Aku mau seperti tadi malam"
"tadi malam darurat"kataku.
"sekarang juga darurat"
"bagaimana kalauku pangil dokter saja?"kataku.
"tidak perlu!"katanya dan langsung meminum obatnya. Seperti anak kecil saja takut dengan dokter.
"tidurlah, istirahat yang cukup!"kataku. Dia mengubah posisi tidurnya lalu memejamkan matanya sambil menggegam tanganku.

ting.tong (bel berbunyi) aku segera membuka pintu mempersilahkan omma masuk.
"jadi kalian belum melakukannya?"tanya omma sambil duduk disofa.
"Tenang,omma! nanti dia terbangun. ommakan tau dia lagi sakit"
"kau pasti menolaknyakan?"
"annio, omma"
"benarkah? Bagus karena aku tak sabar lagi"kata Jiyong yang tiba-tiba duduk disampingku dan menggengam tanganku.
"omonim sudah dari tadi?"tanya jiyong ramah pada omma. Dia selalu bisa meraih hati kedua orang tuaku.
"ia. Kau sudah baikkan?"tanya omma.
"tentu saja. Aku punya dokter disini"jawab Jiyong. Aku mengecek panas dikeningnya.
"kau masih demam"kataku.
"tapi, aku sudah baikkan"katanya sambil mencium pipiku.
"begini dia omma,manja sekali"aduku.
"hohoho.. omma pulang dulu ya?"kata omma berdiri dari duduknya.
"omonim, lama-lama saja disini! mana tau karena omonim disini omonim malah punya cucu"kata Jiyong. omma tertawa lagi saat aku mencubit tangan Jiyong.
"bicara apa sih?"kataku kesal.
"kalian tidur satu kasurkan?"tanya omma.
"ne, omma"jawabku.
"tentu saja omonim. omonim tenang saja"kata Jiyong tersenyum.
"baguslah, omma percaya jiyong"
"omma, anakmu itu aku"protesku.
"Jiyong juga anakku sekarang!"
"terimakasih omonim! Aku menyayangimu!"kata Jiyong sambil memuluk omma. Bukankah dia juga punya omma? Kenapa dia manja sekali dengan ommaku?
"sudah, aku pulang dulu"kata omma. Aku dan Jiyong mengantar omma hingga pintu.
"bye omma!"kataku dan menutup pintu.
"kau benar mau melakukannya?"tanya Jiyong, tangannya melingkar dipinggangku.
"apa aku pernah menolak?"kataku. Dia tersenyum nakal.
"nanti ya yeono. aku masih demam"
"kenapa kesannya aku yang meminta?"kataku. Dia hanya tertawa.
"tidurlah. kau lelah"kataku. Dia melepaskan pelukan kami dan berjalan ke kamar.
"aku tak mau tidur! Ini masih jam 3 siang. Lagian aku sudah lelah tidur. Apalagi yang harusku lakukan?"teriaknya dari kamar.
"kita nonton saja"saranku.
"nonton apa? Aku suka nonton wajahmu!"katanya sambil menatapku dan tersenyum manja.
"sepertinya demam membuat pikiranmu rusak."kataku dan dia tertawa.

Seperti biasa dia pulang, kali ini senyuman yang diberikan padaku.
"ada apa? kenapa senang sekali?"tanyaku.
"aku tau kau yang mengatakan pada appa aku berkerja terlalu keras. Kau khawatirkan aku?"
"kau sakit, gimana aku tak khawatir"kataku. Dilemparnya tas kesofa, dia menciumku.
"kalau sekarang tak apa-apakan?"tanyanya disela-sela ciuman.
"terserah kau saja"jawabku. dibukanya kemejanya dan mengendongku kekamar.
-skip-

Aku bangun dari pelukanya.
"sekarang hari sabtu"katanya.
"aku harus masak dan membuat makanan"kataku. Aku mencium bibirnya.
"Aku tak mau sarapan"
"tadi malam kau juga tak makan, Nanti kau sakit"kataku beranjak pergi.
Jiyong menghampiriku didapur hanya mengunakan celana olahraga tanpa baju untuk menutupi tubuhnya.
"kenapa tidak pakai bajumu?"tanyaku.
"tentu saja aku ingin mengoda istriku. Istriku suka ABSku"
"istrimu yang bilang?"candaku.
"tidak karena tanpa sadar istriku mengelus-elus perutku"
"kekeke.. istrimu genit?"
"anni, istriku tidak genit. tidak sia-sia aku membuat otot-otat diperutku"katanya sambil duduk dikursi makan dan aku duduk disebelahnya.
"kenapa selalu duduk disampingku? Aku ingin makan sambil menatapmu"katanya sambil mengunyah makannya. Aku tak tau harus apa.
"apa ada sesuatu? Ceritakan padaku?"tanyanya.
"aku tak nyaman because i’m ugly."kataku. Dia berhenti makan, pindah dihadapanku, tangannya mengegam tanganku erat.
"aku kenal dengan seorang yeoja, dia cinta pertamaku. aku sering mengikutinya sampai akhirnya dia menolongku dan kami berkenalan. Aku kaget saat itu juga dia putus dengan kekasihnya"
"kenapa kaget? Seharusnya kau senang karena bisa mendapatkannya"kataku.
"karena setelah itu dia menjadi troma"
"troma apa? apakah karena itu kamu suka orang yang punya troma?"tanyaku.
"pabo! dia troma duduk ditempat yang berhadap-hadapan. dia tidak mau membuka hatinya, bahkan untuk keluargannya."
"na? maksudmu yeoja itu aku?"
"ne yeobo. kau cinta pertamaku, cinta terakhirku"
"ah,kau bohong. Kita belum pernah bertemu!"
"coba ingat-ingat lagi."katanya sambil mengelus kepalaku lembut.
"kau anak yang diganggu anak SMA itu?"tanyaku. Dia mengaguk pelan mengecup keningku. Akhirnya aku tau alasan kenapa aku punya naluri ingin membuka hatiku untuknya.

-flashback-
Aku berjalan pergi meninggalkan anak kecil yang baruku tolong.
"akh, jika aku tak menahan diri. Aku pasti sudah membungkus adik itu dan membawanya pulang. Dia tampan sekali!"kataku pelan dan tersenyum genit.

END